Saat ujian semester
biasanya kami duduk dengan adik kelas atau kakak kelas, karena aku di kelas dua
maka aku duduk dengan adik tingkat dari kelas 7D. Aku absensi nomor satu maka
tempat duduk didepan meja pengawas pas, dan itu rasanya seperti begitu horror
mengingat dulu pernah ujian sndiri didepan guru. Yang duduk disampingku bernama
Adit, mungkin dia orangnya pintar karena dia jarang bertanya kepada
teman-temannya. Namun ada dua kemungkinan juga dia benar-benar pintar atau
karena posisinya didepan. Dulu ada yang bilang kalau posisi menentukan prestasi
tapi tidak tau juga sekarang bagaimana. Tapi dimasaku memang posisi sangat
menentuka prestsi yang didapatkan, terutama soal nilai.
Biasanya waktu ujian
seperti ini banyak teman yang tidak menyukainya, namun berbeda denganku. Karena
saat seperti ini ada seorang yang membuat aku penasaran. ya adik kelas yang
biasanya ada didepan kelas entah mengapa, tapi dia sering mengawasiku. Mungkin
tingkat kepedean terlalu tinggi, atau geer saat itu. Dan itu baru aku ketahui
dihari kedua. Dia membuatku semakin penasaran. Siapakah dia pikirku.
Saat kelas dua aku hanya
akrab dengan satu orang cewek yaitu Efa. Entah kenapa aku kalau chat dengan dia
tidak ada habisnya. Kecuali kalau pulsa salah satu dari kami ada yang habis.
Karena dulu masih menggunakan SMS. Walaupun kami baru kenal tapi entah kenapa
kalau chat serasa sudah lama kenal, aku memang jarang juga dekat dengan cewek.
Dan hanya kenal cewek kalau sudah satu kelas. Dan itu berlanjut hingga SMA.
Sehingga kalu ditanya itu siapa, kebanyakan
aku tidak kenal padahal satu angkatan. Tapi aku lebih banyak mengenal
teman-teman cowok karena dulu aku masih sering pulang jalan kaki, dan biasanya
aku pulang bersama mereka. Saat itu aku mendapat kontak banyak dari pendataan
kelas yang dilakukkan oleh sekolah.
WK = Wali kelas
WK :”Ya kali ini akan
diadakan pendataaan siswa untuk kelas dua. Sehingga isi dengan lengkap dan
jujur ya?”
All :”Baik pak”
Wali kelas pun menyerahkan
selembar kertas untuk diisi dan diberikkan di siswa yang plaing pojok maka kita
mengisinya bergiliran. Didalam kertas tersebut berisi data diri berupa. Nama,
Tempat tanggal lahir, nama orang tua, alamat rumah, dan terkhir nomor hp.
Setelah semua mengisi maka kertas tersebut diserahkan ke ketua kelas karena
waktu pengisian tadi wali kelas kembali menuju kantor. Setelah semua sudah
mengisi aku meminta daftar identitas
itu.
Aku :”Boleh pinjem gak?”
Ketua :”Buat apa kan sudah
semua”
Aku :”Iya pinjem bentar
boleh gak. Buat nyatetin nomor teman kelas ini”
Ketua :”Hmm.. Iya deh.
Tapi entar jangan lama-lama ya”
Aku :”Okok. Eh kamu mau
kemana?”
Ketua :”Kekantin bentar.
Ntar kalau aku balik harus udah selsai loh ya”
Aku :”Ealah iya-iya. Lak kekantin
sana”
Karena dulu aku cukup
dekat dengan ketua kelas, dan dia mengijinkan namun harus kembali saat itu juga
karena akan segera dikumpulkan. Aku meminjamnya untuk mendapat kontak dari
beberapa teman yang belum aku kenal. Hampir semua aku memiliki kontaknya, namun
hanya beberapa yang akhirnya aku hubungi seperti Agus, Dicky, Efa, Ventika, dan
Novita.
Namun saat aku chat yang paling nyambung
obrolannya hanya kepada Agus dan Efa. Maka dari itu aku hanya dekat dengan efa
saat kelas dua. Tapi dulu entah siapa yang pertama kali yang memulai obrolan
via pesan. Walau pun hanya lewat SMS, dulu belum ada yang namanya BBM atau
Whatsapp karena belum ada OS Android apa lagi Iphone. Hanya orang yang cukup
mampu untuk beli hp BB. Dan harganya cukup lumayan waktu itu hampir 1 jutaan.
Paketannya pun super mahal. Perbulan full service bisa sampai 50 ribu per
bulan.
Kami jika chat bisanya hanya menanyakan soal
kabar atau sekedar membahas tugas atau PR yang belum selesai. Efa orangnya baik
dan pintar dalam pelajaran bahasa inggris karena dulu guru kita berbeda ketika
kelas satu. Waktu kelas satu dan dua ini ternyata guru bahasa inggrisku sama yaitu
Pak Rokhani. Menurutnya belajar bahasa itu cuma harus membiasakan, sehingga
kami jarang sekali melakukkan ulangan atau mengerjakkan soal-soal.
Seingatku persemester
hanya satu kali melakukkan ulangan. Mungkin untuk formalitas. Dia menganggap
mencatat adalah kebutuhan siswa bukan guru. Sehingga kami jarang sekali untuk
mencatat, jika butuh dicatat kalau merasa tidak butuh ya tidak mungkin mau
mencatat. Namun jika ada hal penting namun kita tidak mengetahuinya paling
disindir dengan halus. Pelajaran bahasa inggris bukan hanya soal nilai
tertulis, namun nilai praktik lah yang paling penting. Karena didalam
masyarakat kelak kita harus menguasai percakapan dalam bhasa inggris.
Saat itu guruku menerapkan
peraturan jika ingin menjawab pertanyaan dalam bahasa inggris harus mengucapkan
kode lets me try sir. Dan siapa yang ditunjuk baru bisa menjawabnya. Dan aturan
itu sudah diterapkan dari sejak kami masuk kelas. Banyak kutipan yang diberikan
kepada kami hingga ada dua buku full kutipan. Yang paling aku ingat yaitu
language is habitual action dan I want to make my parents happy. Walaupun masih
banyak lagi.
Setelah beberapa bulan
akhirnya diadakan ujian tengah semester. Ternyata kejadian yang sama terjadi
seperti saat ujian yang dulu. Adik kelas yang sama yang biasa duduk didapan
kelasku, karena kami satu ruang yang sama dan dia ada di nomor urut empat. Walaupun
kami belum pernah saling berbicara namun dia membuatku semakin penasaran,
karena dia sering ditempat yang sama seperti dulu dan sepertinya dia tidak
begitu akrab dengan teman-temannya. Dan untuk pertama kalinya aku merasa
penasaran dengan seorang cewek.
0 komentar:
Post a Comment