Sampai
akhirnya sabtu, hari pertama pembuatan drama.
Aku
: yang lain mana ini?
Arif
: entah pada dimana.
Disitukami
hanya ada sekitar delapan orang yang bisa hadir dihari pertama membuat. Ya mau
bagaimana lagi, mereka mempunyai kesibukan masing-masing. Dan sampai akhirnya
kami memutuskan untuk segera membuatnya walaupun anggota tidak lengkap.
Kami
cari adegan dimana pemerannya ada saat itu, dan kami segera berunding dan
memulainya.
Aku
: kok punyaku kayaknya paling banyak ya.
Ragil
: kan tokoh utama
Aku
: tukeran
Ragil
: aku Cuma muncul dua kali
Aku
: yang bagi gak rata ini
Arif
: katana kemarin semua setuju loh
Aku
: hmm. ini satu lagi tokoh utama ga berangkat nih
Anindya
: cie nyarin
Aku
: biar cepet selesai gitu.
Anindya
: yang bener. Modus modus
Aku
: modus apa loh.
Akhirnya
sekitar dua jam menunggu sekaligus latihan dialog adegan pertama pun dimulai.
Karena memang bulan februari masih termasuk musim hujan mendung pun menemani
kami, sehingga harus cepat-cepat diselesaikan. Adegan per adegan kami bua. Dan
aku hanya membuat tiga bagian. Dan masih kurang banyak (sekali) menurutku.
Hari
yang begitu melelahkan dengan mengorbankan hari libur.
Sampai
keesokan hari.
Aku
: eh rif. Kalau mau buat pastikan semua kumpul ya?
Arif
: iya –iya kemarin juga sudah aku kasih tau semua.
Aku
: biar cepet selesai. Kayaknya tugasku numpuk ini
Arif
: yak an sama. Gimana undanganmu?
Aku
: kan barengan yang kepercetakan
Arif
: mau diambil kapan?
Aku
: ngikut weh. Barng-bareng aja kalau itu
Arif
: besok ya. sekalian buat drama lagi.
Aku
: eh. Mau buat dimana?
Arif
: depan situ aja. Kemarin juga foto buat undangan disitu
Aku
: sip
Bel
masuk berbunyi. Pelajaran pertama dimulai hingga akhir pelajaran.
Ketika
menuju parkiran bersama arif
Aku
: udah kamu kasih tau besok buat?
Arif
: entar aja
Aku
: beneran ini.
Arif
: iya –iya
Aktifitas
yang terkesan monotan dengan dikejar deadline tugas. Sampai tiba hari kedua
untuk pembuatan drama.
Aku
: ada ta tempat kaya gini?
Arif
: mainmu kurang jauh. Dulu pas foto juga disini
Aku
: baru tau aku malahan.
Kami
segera berganti kostum yang sudah dientukan. Karena saat itu tidak hari libur
melainkan hari masuk sekolah terpaksa harus mengambil di rumah bulik. Dan tak
jauh dari lokasi.
Aku
memakai batik seperti biasanya, dan yang perempuan mengenakan baju yang mirip
kebaya, jadi terkesan tempo dulu dan asli jawa. Pada pertemuan kedua hampir
semua tokoh berangkat, tapi ada juga yang ijin entah apa alasannya. Namun aku
cukup lega karena dua tokoh utama semua berangkat.
Ketika
itu aku jadi ingat dulu waktu sesi foto untuk undangan saat aku mengenakan
batik dan dia mengenakan baju pink kesayangannya (mungkin).
Aku
: eh berangkat kih
Ferza
: maaf loh kemrin gak berangkat
Aku
: udah gapapa. Masih banyak loh kita
Ferza
: iya ini.
Aku
: lak dimulai aja dibuat dua group buat ambil videonya.
Ferza
: eh iya.
Aku
pun memanggil arif, karena rasa canggung yang masih ada ketika berhadapan
dengan cewek.
Aku
: ambil videonya ya.
Arif
: ok. Kayak biasanya
Aku
: kaya biasa gimana?
Arif
: itu waktu dikelas
Aku
: emnag gimana?
Arif
: pura-pura gak tau ini
Aku
: udah udah. Yang lain jangan dipanggil ya. gak bisa ngomong aku entar
Arif
: kebiasaan
Aku
pun mulai memerankan tokoh jaka tarub dan dia sebagai nawang wulan. Ya seperti
biasanya kadang lupa naskah atau malah membuat sekenario sendiri sudah menjadi
hal yang biasa.
Aku
: udah rif. Makasih loh.
Arif
: okok.
Aku
: masih kurang ini tapi punyaku
Arif
: besok buat disekolah aja kalau pada mau.
Aku
: kapan ?
Arif
: jumat aja gimana?
Aku
: ya besokaku kasih tau
Sebenarnya
saat itu aku merasa kesal karena pembuatan harus dihentikan karena salah satu
tokoh tidak hadir dari bagianku. Sehingga hars ditambahhari untuk membuatnya.
Tapi ya sudah lah.
Sore
itu mulai mendung aku segera berpamitan kepada yang lain. Karena memang bagianku
sudah selesai. Karena aku semua yang sudah selesai berpamitan juga.
Aku
: duluan ya
Arif
: wah main ninggal
Aku
: mau hujan. Hampir magrib ini
Anindya
: aku balik juga ya rif
Arif
: kalian
Aku
: pak ketua yang sabar. Rumahkku jauh loh
Anindya
: rumahku jjuga jauh rif, duluan ya
Arif
: iya-iya
0 komentar:
Post a Comment