7 D




Saat ujian semester biasanya kami duduk dengan adik kelas atau kakak kelas, karena aku di kelas dua maka aku duduk dengan adik tingkat dari kelas 7D. Aku absensi nomor satu maka tempat duduk didepan meja pengawas pas, dan itu rasanya seperti begitu horror mengingat dulu pernah ujian sndiri didepan guru. Yang duduk disampingku bernama Adit, mungkin dia orangnya pintar karena dia jarang bertanya kepada teman-temannya. Namun ada dua kemungkinan juga dia benar-benar pintar atau karena posisinya didepan. Dulu ada yang bilang kalau posisi menentukan prestasi tapi tidak tau juga sekarang bagaimana. Tapi dimasaku memang posisi sangat menentuka prestsi yang didapatkan, terutama soal nilai.
Biasanya waktu ujian seperti ini banyak teman yang tidak menyukainya, namun berbeda denganku. Karena saat seperti ini ada seorang yang membuat aku penasaran. ya adik kelas yang biasanya ada didepan kelas entah mengapa, tapi dia sering mengawasiku. Mungkin tingkat kepedean terlalu tinggi, atau geer saat itu. Dan itu baru aku ketahui dihari kedua. Dia membuatku semakin penasaran. Siapakah dia pikirku.
Saat kelas dua aku hanya akrab dengan satu orang cewek yaitu Efa. Entah kenapa aku kalau chat dengan dia tidak ada habisnya. Kecuali kalau pulsa salah satu dari kami ada yang habis. Karena dulu masih menggunakan SMS. Walaupun kami baru kenal tapi entah kenapa kalau chat serasa sudah lama kenal, aku memang jarang juga dekat dengan cewek. Dan hanya kenal cewek kalau sudah satu kelas. Dan itu berlanjut hingga SMA.
 Sehingga kalu ditanya itu siapa, kebanyakan aku tidak kenal padahal satu angkatan. Tapi aku lebih banyak mengenal teman-teman cowok karena dulu aku masih sering pulang jalan kaki, dan biasanya aku pulang bersama mereka. Saat itu aku mendapat kontak banyak dari pendataan kelas yang dilakukkan oleh sekolah. 

WK = Wali kelas
WK :”Ya kali ini akan diadakan pendataaan siswa untuk kelas dua. Sehingga isi dengan lengkap dan jujur ya?”
All :”Baik pak”
Wali kelas pun menyerahkan selembar kertas untuk diisi dan diberikkan di siswa yang plaing pojok maka kita mengisinya bergiliran. Didalam kertas tersebut berisi data diri berupa. Nama, Tempat tanggal lahir, nama orang tua, alamat rumah, dan terkhir nomor hp. Setelah semua mengisi maka kertas tersebut diserahkan ke ketua kelas karena waktu pengisian tadi wali kelas kembali menuju kantor. Setelah semua sudah mengisi  aku meminta daftar identitas itu.
Aku :”Boleh pinjem gak?”
Ketua :”Buat apa kan sudah semua”
Aku :”Iya pinjem bentar boleh gak. Buat nyatetin nomor teman kelas ini”
Ketua :”Hmm.. Iya deh. Tapi entar jangan lama-lama ya”
Aku :”Okok. Eh kamu mau kemana?”
Ketua :”Kekantin bentar. Ntar kalau aku balik harus udah selsai loh ya”
Aku :”Ealah iya-iya. Lak kekantin sana”

Karena dulu aku cukup dekat dengan ketua kelas, dan dia mengijinkan namun harus kembali saat itu juga karena akan segera dikumpulkan. Aku meminjamnya untuk mendapat kontak dari beberapa teman yang belum aku kenal. Hampir semua aku memiliki kontaknya, namun hanya beberapa yang akhirnya aku hubungi seperti Agus, Dicky, Efa, Ventika, dan Novita.
 Namun saat aku chat yang paling nyambung obrolannya hanya kepada Agus dan Efa. Maka dari itu aku hanya dekat dengan efa saat kelas dua. Tapi dulu entah siapa yang pertama kali yang memulai obrolan via pesan. Walau pun hanya lewat SMS, dulu belum ada yang namanya BBM atau Whatsapp karena belum ada OS Android apa lagi Iphone. Hanya orang yang cukup mampu untuk beli hp BB. Dan harganya cukup lumayan waktu itu hampir 1 jutaan. Paketannya pun super mahal. Perbulan full service bisa sampai 50 ribu per bulan.
 Kami jika chat bisanya hanya menanyakan soal kabar atau sekedar membahas tugas atau PR yang belum selesai. Efa orangnya baik dan pintar dalam pelajaran bahasa inggris karena dulu guru kita berbeda ketika kelas satu. Waktu kelas satu dan dua ini ternyata guru bahasa inggrisku sama yaitu Pak Rokhani. Menurutnya belajar bahasa itu cuma harus membiasakan, sehingga kami jarang sekali melakukkan ulangan atau mengerjakkan soal-soal.
Seingatku persemester hanya satu kali melakukkan ulangan. Mungkin untuk formalitas. Dia menganggap mencatat adalah kebutuhan siswa bukan guru. Sehingga kami jarang sekali untuk mencatat, jika butuh dicatat kalau merasa tidak butuh ya tidak mungkin mau mencatat. Namun jika ada hal penting namun kita tidak mengetahuinya paling disindir dengan halus. Pelajaran bahasa inggris bukan hanya soal nilai tertulis, namun nilai praktik lah yang paling penting. Karena didalam masyarakat kelak kita harus menguasai percakapan dalam bhasa inggris.
Saat itu guruku menerapkan peraturan jika ingin menjawab pertanyaan dalam bahasa inggris harus mengucapkan kode lets me try sir. Dan siapa yang ditunjuk baru bisa menjawabnya. Dan aturan itu sudah diterapkan dari sejak kami masuk kelas. Banyak kutipan yang diberikan kepada kami hingga ada dua buku full kutipan. Yang paling aku ingat yaitu language is habitual action dan I want to make my parents happy. Walaupun masih banyak lagi.
Setelah beberapa bulan akhirnya diadakan ujian tengah semester. Ternyata kejadian yang sama terjadi seperti saat ujian yang dulu. Adik kelas yang sama yang biasa duduk didapan kelasku, karena kami satu ruang yang sama dan dia ada di nomor urut empat. Walaupun kami belum pernah saling berbicara namun dia membuatku semakin penasaran, karena dia sering ditempat yang sama seperti dulu dan sepertinya dia tidak begitu akrab dengan teman-temannya. Dan untuk pertama kalinya aku merasa penasaran dengan seorang cewek.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Sosial Media

Hai! Nama saya Agung Prasetyo N dan biasa di panggil Agung. Saya masih seorang pelajar di SMA. Saya berasal dari Boyolali. Read More..

Total Pageviews

Blog Archive

Entri Terbaru