Khutbah Pertama
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِالْمَعْرِفَةِ فَاطْمَأَنَّتْ قُلُوْبُهُمْ بِالتَّوْحِيْدِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَهُوَ الرَّقِيْبُ الْمَجِيْدُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَنَارَ الْوُجُوْدَ بِنُوْرِ دِيْنِهِ وَشَرِيْعَتِهِ إِلَى يَوْمِ الْوَعِيْدِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِلَى يَوْمِ الْمَوْعُوْدِ. . أَمَّا بَعْدُ
Bulan Rajab
Kita memperingati Isra’ Mi’raj dan dengan memperingati Isra’Mi’raj Kita menjaga
Kualitas Shalat kita. Bulan Rajab kita mengenang peristiwa bersejarah dimana
perintah Shalat Wajib Lima Waktu diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam. Bulan Rajab merupakan satu-satunya
bulan yang bersejarah bagi Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam
sehingga dalam salah satu haditsnya beliau pernah bersabda bahwa Rajab
adalah bulanku, Sya’ban adalah bulan Tuhanku dan Ramadhan adalah bulan umatku.
Berikut ini Khutbah Jumat: Memperingati Isra’ Mi’raj Untuk Menjaga Kualitas
Shalat.
اَلْحَمْدُ
لله الَّذِيْ هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا لله. اَلْحَمْدُ لله الذى وقع الرجب شهرا للمعراج، وأوجب فيه الصلاة
للمسلمين كالسراج, أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وصَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى
أله وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا
وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
أَمَّا
بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ
مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ
مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. أَيَّهُا
الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بتقوالله وقد فازالمتقون
Ayyuhal
Muslimunal Hadhirunn, Rahimakumullah
Marilah kita
bersama-sama meningkatkan kadar keimanan dan keislaman kita kepada Allah swt,
sebagai bukti ketaqwaan kita kepada-Nya. Apabila Iman adalah urusan hati dan
tempat bersemayamnya semangat ketuhanan yang bersifat abstrak, maka Islam
adalah pengejawantahan dari keimanan tersebut yang nyata dan bersifat realistis
yang telah diajarkan oleh Rasulullah melalui syari’at (shalat, zakat, puasa, haji).
Jika iman
diibaratkan seperti panas yang menyengat, maka Islam adalah api yang berkobar.
Islam tanpa iman bagaikan api tanpa panas. Yang hanya bisa menakutkan tapi
tidak mampu membakar. Begitu juga sebaliknya, jika iman tanpa Islam sepeti
panas tanpa api yang tidak berfungsi.
Dengan kata
lain menjalankan segala perintah syariat Islam yang merupakan panji-panji
kebesaran Islam adalah hal yang penting, namun jangan sampai melupakan kualitas
iman yang ada dalam hati. Shalat jum’at, shalat jama’ah, haji, zakat adalah
wajib dan harus dilaksanakan karena itu membuktikan kepada dunia akan kebesaran
Islam. Namun pengayaan materi keimanan haruslah selalu di adakan, karena hal
itu merupakan gizi bagi kesehatan mental Islam.
Karena
itulah, meningkatkan ketaqwaan merupakan sebuah upaya meningkatkan dan
menyeimbangkan kondisi iman dan Islam kita. Menyeimbangkan antara laku syari’at
dengan laku hakekat (keimanan dalam hati). Sehingga terciptalah cita-cita
al-islamu ya’lu wa la yu’la ‘alaihi.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Waktu terus
berlalu, sampai tiba saatnya Bulan Rajab datang. Bulan Rajab adalah
satu-satunya bulan yang bersejarah bagi Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa
Sallam sehingga dalam salah satu haditsnya beliau pernah bersabda bahwa Rajab
adalah bulanku, Sya’ban adalah bulan Tuhanku dan Ramadhan adalah bulan umatku.
Begitu berharganya bulan Rajab bagi Rasullullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam,
sehingga ia membanggakan Rajab dan memposisikannya denga bulan Sya’ban dan
Ramadhan.
Wajar saja
karena pada bulan inilah beliau merasakan kesedihan yang amat sangat
sepeninggal istri dan pamannya, sehingga para sejarawan menyebutnya ‘ammul
huzn‘. Kemudian Allah swt menghibur Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa
Sallam dengan bepergian dan bertamasya mengarungi keindahan dunia lahir dan
mencicipi kenikmatan dunia bathin. Inilah perjalanan isra’ dan mi’roj.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Seperti yang
telah maklum dimengerti bahwa diantara buah tangan Rasulullah Shallallohu
‘Alaihi wa Sallam terpenting dari isro’ mi’roj adalah sholat lima waktu setiap
hari. Konon lima kali ini merupakan bilangan terakhir yang diajukan oleh
Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam kepada Allah swt, setelah sebelumnya
Allah swt memerintahkan untuk sholat lima puluh kali. Memang benar, kini
kita baru merasakan betapa beratnya menjaga lima waktu setiap hari.
Padahal kita
mafhum bahwa shalat yang lima ini menjadi tolak ukur ibadah seseorang. Hadits
Riwayat at-Thabrani menjelaskan:
أول ما يحاسب
عليه العبد يوم القيامة الصلاة، فإن صلحت صلح سائر عمله وإن فسدت فسد سائر عمله
رواه الطبراني
Amal pertama
kali akan dihisab untuk seorang hamba di hari kiamat nanti adalah shalat. Maka
apabila Shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Dan jika sholatnya buruk,
rusaklah semua amalnya. (HR. Thabrani).
Lantas apakah
maksud kata kata ‘shalaha’ dalam hadits di atas? Shalat baik yang
bagaimana yang dapat menarik segala amal menjadi baik? Apakah shalat yang
sekedar menggugurkan kewajiban lima waktu? Tentunya ada standard tertentu yang
menjadikan sholat kita sebagai kunci segala amal ibadah, yaitu sholat yang
seperti diajarkan oleh Rasulullah, seperti yang pernah dihimbaukan olehnya;
صلوا كما
رأيتموني أصلي
Sholatlah
kamu sekalian sebagaimana kamu melihat sholatku.
Artinya
sholat yang baik itu adalah sholat yang memenuhi syarat sah, syarat wajib dan
rukun sholat sebagaimana diwariskan Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam
secara turun temurun dari para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in, hingga para
mujtahid fiqih, para ulama dan guru-guru kita.
Jama’ah
Jum’ah Rahimakumullah
Selain
syarat fisik tersebut yang menjadikan syahnya shalat secara formal, juga perlu
diperhatikan unsur informal yang juga menjadi ukuran kualitas shalat seseorang
yaitu suasana hati yang khusu’. Karena seseungguhnya kekhusu’an itu berbuahkan kebahagiaan.
Seperti janji Allah dalam dalam surah al-Mu’minun 1-2
قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Sungguh
berbahagia orang mukmin, yaitu mereka yang khusu’ dalam sholatnya.
Ungkapan
kekhusu’an sholat ini sebenarnya telah diajarkan oleh para faqih semenjak kita
takbiratul Ihram ketika membaca do’a iftitah
إِنَّ
صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا
شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Sesungguhnya
Shalatku, ibadahku (sembelihan), hidupku dan matiku hanya karena Allah Tuhan
Semesta Alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan karena itulah aku diperintahkan dan aku
termasuk orang yang berserah diri.
Begitu
pentingnya kekhusyu’an karena, khusyu’ dalam sholat akan mengantarkan kita
meraih subtansi, sehingga sholat kita lebih bermakna dan tidak sekedar
menggugurkan kewajiban saja. Jika demikian, adanya ketika kita telah berhasil
shalat dengan khusu’ maka secara otomatis shalat kita akan beerfungsi sebagai
filter diri atas berbagai tindakan kita. Sehingga apa yang difirmankan Allah
dalam al-Ankabut ayat 45 akan terlaksana.
إن الصلاة
تنهى عن الفخشاء والمنكر
Sesungguhnya
shalat itu (dapat) mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Hadirin
Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia
Kekhusyu’an bukanlah
hal yang mudah, khusyu’ dalam shalat memerlukan latihan dan latihan. Dikisahkan
suatu ketika sahabat Ali Karramallahu Wajhah diuji kekhusyu’annya oleh
Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam dalam dua raka’at shalat, namun
Sahabat Ali yang memiliki julukan ‘babul ‘ilmi’ hanya berhasil khusyu’ dalam
satu raka’at.
Sesungguhnya
khusyu’ itu adanya dalam hati. khusyu’ hanya dapat dirasakan dan sulit sekali
untuk digambarkan dengan kata-kata. Mereka yang telah berhasil dalam khusyu’
mungkin takkan pernah dapat menceritakan dalam ungkapan kata. Namun mereka
hanya dapat bercerita bahwa khusyu’ itu haruslah dilatih dan dibiasakan.
Seorang sufi
agung pernah berkata, bahwa khusyu dalam shalat dapat dibagi menjadi tiga
tingkat. Pertama tingkatan awam yang dalam shalatnya benar-benar memposisikan
diri sebagai seorang hamba yang papa yang mengharapkan do’anya dikabulkan dan
sangat memerlukan pertolongan dari Allah yang Maha Kuasa. Sholat dengan
model khusyu’ semacam ini menurut kategorinya termasuk model sholat tingkat ta’abbud.
Tingkatan
kedua adalah taqarrub yaitu kekhusyu’an yang melampaui tingkatan
pertama. Mereka yang berada dalam posisi taqarrub dalam sholat hanya
menginginkan keintiman dengan Allah swt. Mereka tidak lagi memperdulikan
do’a-doanya. Karena mereka telah melihat dunia begitu hina. Sehingga tidak
perlu lagi dikejar dan dipinta. Bahkan mereka merasa malu jika terus-terusan
meminta dunia kepada Allah swt. Karena mereka hanya menginginkan kedekatan diri
kepada-Nya.
Dan
tingkatan ketiga adalah tawahhud yaitu kekhusyu’an dalam shalat
yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Mereka memposisikan shalat
sebagai media penyatuan diri kepada Allah swt. Yaitu sebuah proses ketika sifat
kemanusiaan tersedot (majdzub) oleh sifat ketuhanan. Atau ketika sifat
ketuhanan itu melebur sifat kemanusiaan, tidak ada lagi pemisah antara hamba
dan Tuhannya.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Dari ketiga
tingkatan shalat ini, tidak ada alasan lagi bagi seorang muslim untuk
meninggalkan shalat tidak juga mereka yang mengaku wali ataupun yang
benar-benar wali. Karena derajat seseorang tidak membebaskan mereka dari
kewajiban shalatnya. Dan lebih dari itu, sesungguhnya melaksanakan shalat
merupakan bukti penghargaan kita kepada Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa
Sallam. Bukti kebahagiaan kita menyambut buah tangan Rasulullah Shallallohu
‘Alaihi wa Sallam dari Isro’ dan mi’roj.
Demikian
khutbah jum’ah kali ini, semoga apa yang disampaikan ini bermanfaat bagi kita
semua, amin.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا
ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًاكِثيْرًا.
اَمَّابَعْدُفَيااَيُّهَاالنَّاسُ
اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ
اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
0 komentar:
Post a Comment