Minggu,
22 November 2015
Mungkin ini merupakan waktu yang
paling rumit yang pernah aku alami
sampai saat ini. Kejadian itu terjadi secara tiba-tiba dan begitu saja. Dan
memberikan bekas yang mungkin akan aku bawa seumur hidup dikaki kananku. Ketika
bersamamu dulu.
Minggu. Kelas tiga SMA bagaikan
tidak ada hari libur. Ada-ada tugas yang diberikan yang harus mengorbankan hari
mingguku yang berharga bersama keluarga. Ini sudah merupakkan resiko bagi kami
apa bila menjelang hari kelulusan dan merupakan tugas akhir bagi kami, walaupun
masih ada satu lagi tugas yang belum terselesaikan.
Dulu saat kelas dua kami diberi
tugas untuk mendirikan stand untuk acara ulang tahun sekolah. Dan sekarang bu
eli memberikan kami tugas kembali di kelas tiga. Menurutku tugas ini begitu
sensitive,secara kami masih duduk dibangku sekolah SMA. kami diberikan tugas
untuk membuat undangan pernikahan. Ya pernikahan dengan menggunakan foto asli.
Saat dikelas pun riuh.
Bu
eli : karena ini menjadi tugas terakhir bagi kalian maka ibu akan memberikan
tugas yang bisa kalian kerjakan selama dua minggu.
Dedi
: tugas apa bu?
Bu
eli : membuat desain undangan pernikahan
All
: ehhhhh
Dedi
: yang bener bu?
Bu
eli : iya. Ini ada contoh dari kakak kelas kalian dulu. Bisa sebagai contoh
buat kalian
Aldino
: ini foto asli bu?
Bu
eli : ya iya lah. mau kamu kasih foto artis juga boleh
Aldino
: beneran bu? Kalau yang gak dapat pasangan kayak saya
Dedi
: jangan jujur kalau jomblo
Aldino
: biarlah
Bu
eli : boleh tapi nanti nilainya beda.
All
: yahh
Dua minggu, waktu yang cukup lama
bagiku untuk mencari pasangan. Karena memang aku jomlo dari lahir. Eh. Dan
belum pernah merasakan masa pacaran hingga saat ini. Walaupun saat itu aku tahu
ada seseorang yang menurutku tepat untuk dapat aku mengungkapkannya. Tapi karena
terhalang restu ortu untuk tidak boleh pacaran hingga saatnya nanti dan agama
pun tidak memperbolehkan.
Dua hari aku jalani waktu-waktu
sekolah seperti biasanya, dan belum juga memikirkan tugas untuk membuat
undangan pernikahan semacam itu. hingga pada sore itu. aku mendapatkan chat
seperti biasanya kami saling bertukar kabar.
Entah siapa yang memulai duluan
hingga akhirnya sepkat. Anjas yang tiba-tiba chat aku menjadikanku semakin
bingung.
Anjas
(gung udah dapat pasangan belum)
pesan
itu aku terima pukul 19.00 dan baru aku buka pukul 20.00
Aku
( belum njas. Emang kenapa?)
Anjas
(ya diajak tu ferza)
Aku
( ehhh. Kamu pasti dengan aul ya?)
Anjas
(pasti ta. Mau gak besok minggu buat barengan?)
Aku
(dimana?)
Anjas
(candi lawang gimana?)
Aku
( itu mana?)
Anjas
(alah. Besok lak tau. Deket rumahku kok)
Aku
(beneran ya?)
Anjas
(ya bener ta. Tapi sama ferza ya besok)
Aku
(hmm)
Anjas
(tak bilangke aul wes)
Aku
( iya-iya)
Dan pada malam itu ketika malam
minggu entah kenapa perasaanku menjadi aneh. Mungkin karena ada perasaan
terlalu senang walaupun belum terwujudkan. Dan masih menunggu hari esok.
Setelah chat bersama anjas mulai lah aku chat dengannya (ferza). Walau pun aku
tak membahas rencana besok. Dan semua aku percayakan dengan aul. Entah bagai
mana cara dia untuk membujuknya agar mau keluar besok.
Walaupun malam minggu bagai ku taka ada
hal yang begitu spesial. Karena memang dulu kami satu kelompok (aan, arif, dkk)
yang semua jomblo menamakan malam minggu hanyalah mitos. Tidak ada jalan main
keluar, hanya ada sabtu malam, tidur dirumah, dan tidur lebih cepat. Aneh
memang, tapi itu lah kami. Yang hingga saat ini kami masih berteman baik,
walaupun sudah terpisahkan oleh masa kuliah.
Akhirnya tibalah hari itu. aku
sebenarnya lupa kalau akan ada acara hari ini, karena memang kalau hari minggu
aku bangun lebih siang tak seperti biasanya saat harus berangkat sekolah.
karena itu hanya dapat aku nikmati seminggu sekali, dan itu hanya sedikit
kebahagiaan kecil bagi kami anak kelas tiga SMA.
Terbangun pukul 7. Tak lucu memang
karena aku janjian pukul 8 sampai rumah anjas. tapi prinsipku saat itu, lebih
baik terlambat dari pada tidak berangkat sama sekali. Setelah bangun aku segera
persiapan, orangtuaku mungkin juga bingung saat itu karena memang tak seperti biasanya.
Aku pun segera menghubungi anjas.
Aku
(njas, aku agak telat)
Anjas
(biasa, aku baru bangun)
Aku
(lah. aul, ferza nanti kerumahmu kan?)
Anjas
(iya. Kenapa?)
Aku
(soalnya aku kemarin gak ngasih tau ferza acara ini)
Anjas
(hmm. kata aul janjian jam 8 sampai sini)
Aku
(weh. Ok)
Tak butuh waktu lama. 30 menit pun
cukup bagiku untuk persiapan. Setelah semua beresa aku berpamitan. Tapi
0 komentar:
Post a Comment