Tapi karena terlalu awal, kami
memuluskan untuk bermain lebih lama lagi.
Anjas
: gung hari ini ada acara gak?
Aku
: gak ki. Kenapa?
Anjas
: ke kebun strawberry gimana?
Aku
; jauh gak?
Anjas
: lumayan sih. Gimana?
Aku
: bentar-bentar. Gimana za? Ada acara hari ini?
Ferza
: sebenarnya ada sih nanti jemput bu puh(bibi).
Aku
: jam berapa?
Ferza
: sore sih
Aku
: ada acara ini njas.
Anjas
: bukannya kamu punya adik ya? suruh jemput giamana?
Ferza
: kan dia masih kecil dan belum punya sim
Aku
: bukannya kamu lebih kecilan ya dari dia
Ferza
: ih kamu kih. Tak telfon dulu lah
Duh duh. Baru kali ini dia
benar-benar mencubitku. Dia segera meminta ijin kepada bu poh (bibi) untuk bisa
keluar hingga lebih dari jam tiga. Dan meminta adiknya untuk menjemput.
Aku
: gimana? Oh iya sakit ini.
Ferza
: rasain. Boleh kok. Ayo kesana (Sambil menepuk-nepuk pundakku)
Mungkin terlalu bahagia waktu itu. namun semua itu tak ada yang
menduga karena suatu hal. Kami terus memacu motor, menurutku ini akan lebih
jauh dari dugaanku. Aku habiskan waktu dengannya seperti biasa. Membicarakan
hal-hal yang ada disekitar.
Dan
kejadian itu pun terjadi, aku terjatuh dari motor untuk pertama kalinya, walau pun
aku sudah lama naik motor namun,baru kali ini aku benar-benar jatuh. Dan
bersama dengannya pula. Walaupun dengan kecepatan rendah namun aku perlu
memberikan kakiku untuk bisa menahan beban motor. Namun bagiku itu pengorbanan
yang terbaik.
Jujur
saat aku menulis ini aku pun tidak tahu apa yang harus aku tuliskan. Semua begitu
rumit. Segalanya pun berubah. Begitu cepat. Entah kenapa setiap aku teringat
kejadian ini perasaan itu selalu muncul. Senang, khawatir menjadi satu.
Kembali
dalam cerita.
Aku
bangkit dari motor setelah jatuh. Beruntung tidak ada kendaraan dibelakang
kami. Hanya ada satu orang yang melewati kami. Aku segera menanyakan bagaimana
keadaannya. Apa dia baik-baik saja. Sampai tak mempedulikan diriku sendiri,
karena dia lah prioritasku saat itu,. aku mencoba tenang dan melanjutkan
perjalanan. karena tak mau membuat dia kecewa, akhirnya aku berniat untuk
sampai ketujuan.
Tapi
karena jarak kami terlalu jauh dengan anjas. anjas pun curiga.
Anjas
: kenpa kok lama?
Aku
: eh lama ya?
Anjas
: kenpa kakimu gung?
Aku
: eh ini. Aku tadi jatuh
Anjas
: jatuh mana?
Aku
: disana kok
Anjas
: ayo balik aja
Aku
: lanjut aja njas
Anjas
: gak. Ini harus diobati
Aku
: nanti aja njas
Anjas
: kamu gimana za?
Ferza
: aku gapapa kok
Anjas
: beneran za?
Ferza
: bener kok
Saat itu aku merasa sangat sedih,
karena aku melihat dia sangat khawatir untuk pertamakalinya, dengan keadaanku
saat itu. dan kami pun memutuskan untuk turun dan mencari puskesmas terdekat.
Anjas pun bertanya di rumah warga. Ternyata letaknya cukup jauh. Tapi tetap
kami tempuh kerena satu jalur arah pulang.
Anjas
: gung kamu sama aku. Biar aul sama ferza
Aku
: hmm. iya. Maaf ya za
Ferza
: iya gapapa kok
Yah. Aku begitu menyesal karena
merusak kebagiaannya. Mungkin suatau saat nanti ingin aku ajak dia kembali
kesana untuk mewujudkannya, karena penundaan waktu itu. karena hawa dingin.
Darah yang keluar dari kalkuku cepat membeku. Dan sampailah di depan puskesmas.
Ketika turunpun aku tak yakin keadaannya kalau dia baik-baik saja.
Aku menanyakan keadaannya kembali.
Aku
: za kamu gapapa kan?(sambil aku pegang kedua tangannya dengan menggerakannya
dan tampak aku tak percaya)
Ferza
: iya aku gapapa. Kamu itu yang napa-napa.
Aku lihat wajahnya lagi saat itu.
aku lihat dia menahan tangisnya. Agar dia terlihat kuat didepanku. Sungguh.
Inginku memeluknya dan menangis. Aku pun masuk keruang tunggu dan ditemani dua
perawat.
0 komentar:
Post a Comment